Senin, 30 Maret 2009

PeRiStIwA tAnAh lOnGsOr

Tanah Longsor Terjang Gedangsari
Rabu, 25 Mar 2009 14:45:01

WONOSARI -- Setelah lama dinantikan masyarakat, terutama para petani di Gunungkidul untuk menyelamatkan ribuan hektar tanaman palawija, ternyata hujan yang mengguyur justru menjadi bencana tanah longsor. Bencana alam yang terjadi di Desa Tegalrejo Kecamatan Gedangsari ini menyebabkan sebuah rumah warga setempat ambruk, sedang puluhan pohon tumbang.
Bencana tanah longsor yang terjadi Selasa (24/3) dinihari menyebabkan sebuah rumah berbentuk limasan milik Soirono (75) warga Padukuhan Ngipik RT 01 RW 05 Desa Tegalrejo hancur akibat tertimbun tebing yang mendadak longsor akibat guyuran hujan deras. Selain menyebabkan terjadinya kerusakan rumah, bencana alam juga menimbulkan puluhan pohon tumbang.
Sebagaimana dijelaskan Kepala Desa Tegalrejo Gedangsari Suparman dengan kejadian tersebut warga langsung menggelar kerja bakti massal dalam upaya membantu korban yang rumahnya hancur tertimbun tanah longsor serta menyingkirkan puluhan pohon yang tumbang. Meskipun dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa, tetapi korban menderita kerugian puluhan juta rupiah.
Peristiwa tersebut menurut Kades Suparman, terjadi secara mendadak dan diluar dugaan warga setempat termasuk pemilik rumah. Hanya diakui sejak sore hari wilayah tersebut diguyur hujan deras hingga larut malam.
"Dengan datangnya hujan ini masyarakat menyambut gembira, karena sudah lama tidak ada hujan sedang tanaman palawija membutuhkan air,"katanya.
Tetapi karena hujan datang sangat deras dan lama, justru menimbulkan kekhawatiran penduduk yang selama ini tinggal di lereng bukit dan rawan terjadinya bencana longsor.
Kekhawatiran masyarakat akhirnya menjadi kenyataan, memasuki malam dinihari, korban Soirono bersama seluruh keluarganya terbangun mendengar bebatuan runtuh dari atas tebing. Korban bersama seluruh keluarganya akhirnya keluar rumah untuk menyelamatkan diri.
Belum sempat menyelamatkan beberapa barang berharga seiisi rumah, bebatuan yang longsor langsung menimbun atap, dinding hingga menyebabkan sebagian rumah yang dihuni, hancur.
Camat Gedangsari Sujoko MSi terpisah menyatakan bahwa sejak terjadi peningkatan curah hujan warganya sudah diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan. Karena setiap tahun wilayahnya menjadi langganan bencana tanah longsor. Upaya mengantisipasi terjadinya korban, camat sudah mengisyaratkan kepada masyarakat yang bermukim di kawasan perbukitan untuk berpindah. Namun belum seluruh warganya mematuhi imbauan tersebut. (hri/ryo)

Peristiwa Situ Gintung

Politik
27/03/2009 - 17:43
Waspada, Situ Gintung Bisa Terulang
Budi Winoto

(inilah.com/ Bayu Suta)

INILAH.COM, Jakarta – Pembangunan perumahan besar di dekat tanggul air, harus dihentikan. Jika tidak, tragedi Situ Gintung mungkin saja terjadi lagi. Apalagi banyak tanggul di Jabodetabek yang memiliki kontur serupa dengan Situ Gintung.

Situ Gintung tampaknya sudah lama tidak diperhatikan oleh Pemerintah Tangerang. Terbukti, rumah penduduk dibiarkan berdiri di sekitar situ dan berada di tanah negara.

Sejak zaman Belanda, tanggul itu belum pernah direnovasi. Perawatan yang dilakukan hanya pengerukan saja. Kepala Balai Besar Wilayah Cidurian dan Sungai Cisadane Provinsi Banten, Joko Suryanto, mengatakan pengerukan terakhir dilakukan pada 2008 oleh Dinas Pengairan Departemen Pekerjaan Umum.

Warga sekitar pernah meminta agar tanggul itu diperbaiki sejak tiga tahun lalu. Hal itu dikarenakan Kali Pesanggrahan pernah meluap dan menyebabkan banjir di kawasan sekitar.

Situ Gintung yang memiliki luas 31 hektare dengan kedalaman 10 meter, didesain untuk sistem pelimpahan dan penampungan air hujan. Namun saat ini sudah menyempit. Kontur tanah di sekitar Situ Gintung juga sangat curam. Akibatnya, tanah mudah longsor jika diterjang air bah.

Situ itu, kata Djoko, tidak terjadi pedangkalan. Dugaan sementara, penyebab jebolnya tanggul, selain karena kondisi alam, juga disebabkan oleh keberadaan pemukiman.

Analis Kebijakan Publik Andrinof A Chaniago mengatakan bencana serupa mungkin saja terjadi di tempat lain, karena ada tekstur lahan yang seperti Situ Gintung. Misalnya saja di daerah sekitar Pamulang yang banyak terdapat tanggul yang dikepung oleh perumahan. Selain itu, puluhan situ di sekitar Jabotabek juga memiliki kemiripan.

Andrinof mengatakan untuk antisipasi peristiwa serupa, pembangunan perumahan di kawasan sekitar situ harus dilarang. Pasalnya pembangunan perumahan horizontal telah melebihi kapasitas penggunaan lahan.

“Semakin banyak penggunaan lahan untuk pertokoan dan perkantoran hingga penampungan air mengecil. Jika tiba-tiba muncul aliran air ke satu tempat dalam jumlah besar, ujungnya tanggul jebol karena daya dukungnya tidak mampu. Apalagi, jika tidak ada upaya pengerukan rutin. Juga, jika tanggul sudah miring,” katanya.

Andrinof mengatakan peristiwa Situ Gitung bisa terjadi karena kelengahan warga setempat, juga karena kesalahan pemerintah daerah. Situ itu bisa jebol, karena tekanan yang dibuat oleh manusia sudah melebihi daya dukung lingkungan. Lahan di sekitar Situ Gintung yang berubah fungsi menjadi perumahan membuat daya dukung tidak memadai.

Andrinof menegaskan peristiwa Situ Gintung yang menelan puluhan korban jiwa bukan karena faktor alam. Tapi lebih bersifat teknis, terutama kebijakan. “Ada puluhan situ lain yang tidak dirawat serius secara rutin,” tegasnya.

Padahal, menurutnya, sudah ada mekanisme antisipasi untuk daerah yang rawan bencana. Jika pihak yang bertangung jawab melaksanakannya dengan baik, maka jatuhnya korban Situ Gintung mungkin saja bisa dihindarkan.

Untuk wilayah seperti Situ Gintung, kata Andrinof, seharusnya ada petugas yang memantau secara rutin. Pemantauan itu harus dilakukan, karena sudah ada dana yang dianggarkan APBD Tangerang yang dialokasikan ke PU, Tata Kota, atau Pertamanan.

“Untuk perawatan infrastruktur tanggul, seharusnya bukan lagi masalah dan tidak boleh ditunda jika menunjukkan akan timbul bencana. Kalau sifatnya mengancam kepentingan nyawa, sudah tidak ada keterbatasan dana dan harus diprioritaskan,” katanya. [I4]

Artikel Sekretaris Profesional: Bagaimana menjadi sekretaris yang baik

25 March 2009 No Comment

Hmm, berikut ini kita bahas lagi artikel sekretaris profesional tentang bagaimana menjadi sekretaris yang baik

Mantan PA terbaik tahunan Susan Anderson memberikan nasihat:

Multi Tugas - Anda mungkin perlu untuk bekerja pada beberapa tugas pada saat yang sama yang berarti Anda harus diatur.

Jadilah fleksibel dalam sikap - anda akan harus bekerja dalam gaya direktur Anda. Ini berarti anda juga harus memiliki semua pengetahuan yang baik tentang wilayah pekerjaan anda.

Akan menarik dan mampu berinteraksi di semua tingkatan usaha. Anda sering pasak pd as roda dan titik koordinasi antara berbagai departemen.

Bersiaplah dengan profesional untuk mengantisipasi permintaan.

Jadilah pro-aktif dan meneruskan rencana. Anda harus mampu menyediakan informasi yang benar bila diminta direktur.

Berkomunikasi, memeriksa dan berbagi informasi - tidak meninggalkan kesempatan untuk berpikir dan sebelum anda melangkah.

Semoga artikel sekretaris profesional dapat menambah pengetahuan kita :)

Lebih banyak lagi tentang Artikel Sekretaris Profesional disini

Inilah adalah my self....
Aq dilahirkan diSukabumi, 24 Juli 1990 hari selasa
hobi aq menari tp krn skr sdh besar jd break dlu dech.he.e.eee.
sebenarnya cita2 aq pngn jd seorg sekretaris yg profesional, tp klo tdk kesampaian kerja di jd PNS jg gpp dweuhhhh.he...

WiTh mY FrI3NdS

Ini adalah foto tmn2 q, qt difoto pada saat ada acara.....
tmn2 yg akn selalu ada dlm hati qt...kenangan selama qt diskul...hee....heeee

Minggu, 29 Maret 2009

Tempat PSG

Inilah gambaran tentang kantor BAPPEDA yg dlu pernah disenggahi oleh aku n teman2 yang lain....Sebenarnya ini bkn kantor asli tetapi krn plasdisk ku kena virus jd ilang dech!!!!!
Kami PSG selama 4 bulan, yg tadinya takut tapi akhrinya ingin kembali lg Ke kantor. Disana banyak sekali pengalaman, wa2san dan informasi yg kami dpt.I WANT COME BACK TO MY KANTOR.HEEE.HEEE